Senin, 21 November 2011

Kunci Rumah Tangga Harmonis

Rumah tangga harmonis adalah perpaduan berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduasn inilah yang membuat warna apapun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi. Warna hitam, misalnya, kala berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat dan akan menjadi rumah tangga harmonis.
Seperti itulah seharusnya rumah tangga harmonis dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan. Nah, disitulah letak rumah tangga harmonis. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga harmonis, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami bernada rendah, kadang istri bernada tinggi. Di sinilah suami-istri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan yang ada diantara mereka. Ada empt hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan rumah tangga harmonis. Keempatnya adalah:
1. Jangan Melihat ke Belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau menerima saja, ya? Kenapa tidak saya tolak?” Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini. Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalahsepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongok kebelakang. Atau na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita.
2. Berpikir Objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga secara utuh.
Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya,. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional, sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balikpun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si istri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, istripun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.
3. Lihat Kelebihan Pasanagn, Jangan Sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki imajinasi dari sebuahbenda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasanga kita mempunyai banyak kekurangan. rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, disinilah uniknyaberumah tangga. bagaimana mungkin sebuah pasangan suami istri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
4. Sertakan Sakralitas Berumah Tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan, justru disitulah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah SWT. Tataplah hikmah dibalik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan tqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomtis , solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar