Rabu, 11 Januari 2012

A-Z Dana Pendidikan

A-Z Dana Pendidikan
Foto: Getty Images

Dana pendidikan untuk anak sudah pasti penting, namun sudah siapkah orangtua berhadapan inflasi? Simak tanya jawab NOVA dengan Mike Rini Sutikno, CFP , perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory.
T: Berapa persen kenaikan biaya pendidikan rata-rata pertahun di Indonesia? Faktor apa saja yang memengaruhi kenaikan tersebut?
J: Saat ini, rasanya sulit menemukan sekolah yang tidak menaikkan biaya masuk sekolah (uang pangkal) maupun iuran sekolah. Di Indonesia, kenaikan biaya tersebut biasa terjadi setiap tahun. Kenaikan biaya sekolah berbeda-beda, tergantung kebijaksanaan sekolah masing-masing. Besaran kenaikan biaya masuk sekolah dan iurannya bervariasi antara 6 persen hingga 20 persen per tahun.
Faktor pertama yang memengaruhi biaya pendidikan antara lain inflasi. Inflasi menjadi pemacu kenaikan biaya pendidikan tersebut. Kenaikan kebutuhan pokok seperti beras, tepung, telur dan lain-lain membuat daya beli masyarakat menurun termasuk guru. Akibatnya, sekolah pun menaikkan gaji guru. Demikian juga kebutuhan biaya pemeliharaan fasilitas sekolah lain yang meningkat. Semua itu tentu mengakibatkan kenaikan biaya pendidikan.
Kedua, adanya keinginan masyarakat untuk memberikan pendidikan yang bermutu/berkualitas bagi anak-anak mereka, tidak peduli berapa pun harga yang harus dibayar.
Ketiga, sekolah juga berlomba-lomba memberikan standar pendidikan berkualitas karena permintaan masyarakat. Untuk meningkatkan standar kualitas pendidikan, tentu perlu biaya tambahan yang tidak sedikit. Maka dari itu, sekolah membebankannya pada para orangtua melalui uang pangkal dan iuran sekolah. Contohnya sekolah bertaraf nasional atau internasional. Banyaknya populasi anak-anak usia sekolah juga akan meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan.
T:  Apa saja instrumen keuangan yang bisa dipilih untuk menyiapkan dana kesehatan anak dan berapa dana yang sebaiknya dialokasikan?
J: Jika harus menyiapkan dana kesehatan, terutama anak, kita dapat membeli polis asuransi yang memberikan perlindungan biaya kesehatan pada biaya inap rumah sakit saja. Sedangkan untuk biaya rawat jalan, kita dapat menyediakan dana yang di tempatkan pada tabungan saja.
Jangan tempatkan dana kesehatan ini pada instrumen yang tidak likuid (tidak mudah kita jual) dan mempunyai risiko besar. Karena biasanya untuk rawat jalan biaya yang kita keluarkan relatif kecil sehingga dapat kita tanggung. Dana yang kita alokasikan untuk asuransi jiwa dan perlindungan dana kesehatan ini biasanya sekitar 10-15 persen dari pendapatan. Kita dapat membeli Asuransi kesehatan murni atau  membeli asuransi jiwa yang men-cover risiko kesehatan dan penyakit kritis.
T: Berapa presentase dari penghasilan yang sebaiknya dialokasikan untuk dana pendidikan anak, misalnya jika orangtua merencanakan biaya pendidikan dari usia 0 tahun hingga perguruan tinggi?
J: Selain menghitung berapa dana yang harus kita alokasikan setiap bulannya, kita juga harus mengetahui berapa besar dana yang kita butuhkan untuk pendidikan buah hati kita serta mengetahui biaya pendidikan di sekolah/universitas di mana anak kita akan menuntut ilmu.
Setelah mengetahui biaya pendidikan di masing-masing sekolah, kita harus mengetahui perkiraan biaya pendidikan di masa yang akan datang. Setelah itu, kita dapat mencari berapa dana yang akan kita alokasikan setiap bulannya untuk biaya pendidikan anak kita. Contoh anak kita berusia 0 tahun, asumsi kenaikan biaya pendidikan 15 persen. ( lihat tabel, Red )
Jadi, total alokasi per bulan yang harus kita siapkan untuk biaya pendidikan buah hati adalah sebesar Rp 2.168.000. Biasanya, dana yang kita siapkan sekitar 10 s/d 20 persen dari pendapatan kita, tetapi apakah alokasi dana setiap bulannya dapat mencapai tujuan biaya pendidikan di lembaga pendidikan yang kita inginkan? Jika tidak, kita dapat mencari tambahan pendapatan, atau mungkin kita memilih alternatif lembaga pendidikan yang lain.
T: Kapan sebaiknya mulai menyiapkan dana pendidikan anak?
Secepat mungkin. Semakin cepat orangtua menyiapkan dana pendidikan, semakin kecil uang yang mereka harus siapkan setiap bulannya. Misalnya, dana yang dibutuhkan untuk masuk SMP 10 tahun mendatang sebesar Rp 75 juta, dengan asumsi hasil investasi sebesar 15 persen. Jika kita menyiapkan dana pendidikan tersebut 3 tahun sebelum masuk SMP, maka kita harus menabung sekitar Rp 1.650.000 per bulan. Sementara kalau kita menyiapkan dana tersebut 10 tahun sebelumnya, maka kita hanya menyiapkan sebesar  Rp 270.000. Jauh lebih ringan, kan?
T: Lebih baik mana antara asuransi dan tabungan? Apa kelebihan dan kekurangan masing masing?
J: Asuransi pendidikan dan tabungan pendidikan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Sebenarnya, keduanya sama-sama menguntungkan, namun optimal atau tidaknya tergantung dari  profil si pengguna. Dengan kata lain, kebutuhan dan kondisi keuangan si pengguna. 
Pada tabungan pendidikan, tetap ada asuransi, tetapi yang dijamin hanya untuk target dana yang akan diperoleh. Jadi, jika nasabah meninggal, ahli waris akan mendapatkan dana yang menjadi tujuan si nasabah. Sedangkan pada asuransi pendidikan, jika tertanggung meninggal, maka si ahli waris akan mendapatkan dana sebesar uang pertanggungannya serta hasil investasinya.
Tabungan pendidikan cocok dipakai untuk mempersiapkan dana pendidikan dalam jangka waktu pendek antara 2-5 tahun, karena hasil yang diberikan hanya sekitar 3-7 persen gross. Sedangkan asuransi pendidikan memberikan hasil yang lebih besar dari tabungan pendidikan, karena ditempatkan pada reksadana.
Dalam jangka waktu pendek, tabungan akan memberikan jaminan hasil yang akan diperoleh sedangkan asuransi tidak. Pada tabungan, tidak terdapat biaya yang besar biasanya hanya biaya administrasi. Sedangkan pada asuransi ada biaya akuisisi yang cukup besar dan biasanya dipotong hingga tahun ke enam. Selain itu pada asuransi pendidikan terdapat biaya asuransi, sedangkan pada tabungan pendidikan biaya asuransinya ditanggung oleh bank.
T: Selain tabungan dan asuransi, portofolio apalagi yang bisa dijadikan pilihan? Bagaimana dengan saham atau emas?
J: Emas dan saham dapat juga dijadikan investasi untuk menyiapkan pendidikan anak. Tetapi, pada emas kita mempunyai kesulitan pada penyimpanannya. Kita perlu berhati-hati untuk menyimpannya.  Kita dapat menyimpan di safe deposit box, tapi itu memerlukan biaya. Pada emas perhiasan, jika kita jual akan dipotong biaya peleburan, sehingga hasil investasinya tidak maksimal. Sedangkan  pada instrumen saham, kita perlu pengetahuan untuk dapat menguasai investasi pada saham. Kita harus mengetahui kinerja emiten (perusahaan yang menerbitkan saham) dari saham yang akan kita beli, sehingga kita memiliki saham yang bagus untuk disimpan.
69,2 Persen
Sudah Menyiapkan
Situs KONTAN (www.kontan.co.id) pernah mengadakan survei medio Mei 2011 mengenai kesiapan dana pendidikan anak. Hasilnya cukup menggembirakan. Dari 250 responden yang sudah menikah, sebanyak 69,2 persen sudah mempersiapkan dana pendidikan anaknya hingga sarjana strata 1 (S1). Ditelaah lebih mendalam, dana yang disiapkan responden hingga anak lulus S1 cukup beragam. Sebanyak 22,4 persen menyiapkan dana hingga Rp 200 juta-300 juta, 18,8 persen menargetkan Rp 100 juta-Rp 200 juta, dan 2 persen yang memang berniat menyekolahkan di luar negeri, menyiapkan dana di atas Rp 1 miliar.
Ragam cara digunakan para responden untuk menyiapkan dana pendidikan anak. Sebanyak 39,6 persen menyiapkannya lewat asuransi pendidikan, 28,8 persen dalam bentuk tabungan pendidikan, 7,2 persen berbentuk investasi di emas, 6 persen memilih investasi properti, reksadana digunakan 5,2 persen responden, sisanya dalam bentuk lain-lain.
 Hasto Prianggoro, Astrid Isnawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar